PENDAHULUAN
Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan suatuhal yang sangat penting,
terutaman untuk Negara-negara berkembang, seperti Indonesia yang baru mulai
mengembangkan teknologi dan ketahanan pangannya. IPTEK adalah pusat dari suatu
pembangunan peradaban yang lebih maju, dimana di dalamnya, pengaplikasian IPTEK
disegala bidang terutama bidang pertahanan dan keamanan pangan dapat dilakukan secara
optimal dan efektif, sehingga, pada akhirnya berimpilikasi pada peningkatan
taraf hidup suatu bangsa, di Negara-negara maju, seperti amerika, jepang,
jerman, italia dan lain sebagainya, menjadikan IPTEK nomor satu. Hal ini
meunjukan sebuah Negara tampa IPTEK tidak akan bisa berkembang apalagi
bersatatus Negara maju. Sebuah Negara dikatakan maju jika Ilmu pengetahuan dan
teknologinya maju dan mengalami peningkatan.
Era
global ini ilmu pengetahuan banyak sekali mengalami perubahan atau menglami
proses transisi terutama perubahan paradigma, dari paradikma awal perekonomian dunia yang semula
berbasiskan pada sumber daya (Resource Base Economy)
menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE) sebuah bangsa di
ukur dari kekuatan pengembangan IPTEK sebagai faktor primer ekonomi pengganti
modal, lahan, energi dalam rangaka meningkatkan daya saing dari Negara itu
sendiri. Pembangunan ekonomi dalam suatu bangsa harus dilaksanakan sampai
bidang yang mendasar yang diprioritaskan seperti bidang pangan, energi, transportasi, teknologi informasi dan
komunikasi, pertahanan dan keamanan serta kesehatan dan obat, dengan pengembangan IPTEK dan penbangunan IPTEK diharapkan
akan dapat menigkatkan kesejahteraan dalam suatu bangsa, sesuai dengan amanat
undang-undang Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik
Indonesia (2006).
PEMBAHASAN
Pertumbuhan
Penduduk Yang Tinggi berimplikasi Terhadap Krisis Pangan Global
Laju Pertumbuhan penduduk yang semakin
tidak terkendali menjadi sebuah polemik tersendiri sehingga membuat kesenjangan
atau ketidak sesuaian antara jumlah penduduk dengan produksi pangan. Semakin
tidak terkontrolnya populasi penduduk di suatu Negara manjadikan konsusmsi
pangan semakin meningkat sehingga hasil produksi tidak dapat menopang konsumsi
masyarakat. Pertumbuhan penduduk di Negara berkembang menunjukan angaka sangat
tinggi, bahkan di perkirakan mencapai lebih dari setengan miliar manusia di
cina pada tahun 2030, demikian juga di
Negara seperti Pakistan dan india menyumbangkan angka yang cukup tinggi pula,
sedangkan Indonesia peningkatan penduduknya di proyeksikan akan mencapai 307
juta jiwa. Angka pertumbuhan penduduk seperti ini sangat memprihatinkan jika
tidak di topang oleh produksi pangan
yang melimpah. Namun disisi lain peningkatan penduduk di Negara-negara
berkembang menunjukan pola peningkatan yang cukup sedikit di banding dengan
Negara berkembang bahkan ada yang
menunjukan angka yang minus. (Suranto, 2009).
Selain itu Negara-negara
asia yang mengalami krisis pangan tetap bertambah, karena kurangnya penopang
untuk meminimalisir keadaan terburuk krisis pangan, menurut KAU,SPI,WALHI, (2011)
Negara asia yang mengalami krisis pangan sudah mencapai 25
negara, terutama yang begitu parah adalah banglades, srilangka, Pakistan dan
Indonesia, Negara-negara ini adalah Negara pengimpor yang belanja domesik untuk
inpor pangan melebihi 50%. Sementara, studi gugus
Millenium Development Goals menyebut bahwa 80% penderita kelaparan adalah
rakyat pedesaan, yang separuh di antaranya bekerja sebagai petani kecil, Krisis
panjang di sektor pertanian telah mendorong 200.000 petani kecil di India bunuh
diri sejak tahun 1996. Dampak dari krisis pangan sangat besar, karena
berimplikasi langsung pada masyarakat dan petani kecil. Dengan keadaan seperti
ini di harapkan perkembangan global dalam IPTEK mampu mengatasi kelaparan di
Negara-negara asia khususnya persoalan krisis pangan yang menjadi sumber
malapetaka bagi dunia internasional.
IPTEK
Dan Manusia (SDM)
Suatu Negara sangat dipengaruhi
oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi, bahkan Negara bisa dikatakan maju jika ilmu dan teknologinya juga
maju. IPTEK memberikan kontribusi besar dalam pengembangan suatu Negara. Banyak
orang yang mengatakan kemanjuan oleh Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menggser budaya dan
kearivan local suatu bangsa, ini adalah anggapan yang sangat salah, terbukti
banyak Negara yang memiliki ilmu dan teknologi maju tapi tidak pernah melupakan
kearifan lokalnya, contoh adalah jepang, meski memiliki kemajuan ilmu dan teknologi
tapi tidak membuat mereka melupakan budaya kimono, sebagai budaya kebanggan dan
identitas dari negaranya, begitu jugan dengan Negara-negara lain seperti ,
india dengan sungai gangganya, jerman dengan water front city, sebuah konsep
pengebangan kota modern berbasis suangai. Pemanfaatan IPTEK dapat menjadi
tumpuan harapan bagi pengembangan pangan dinegara berkembang sehingga dapat
berkontribusi pada ketahana pangan global. Pengembangan pangan yang berbasis
teknologi tidak bisa dilakasanakan tanpa adanya manusia atau sumber daya
manusia (SDM) yang mengoperasikanya, keahlian-keahlian ini sangat di butuhkan
sehingga aplikasi-aplikasi IPTEK dalam bidang pangan dapat berjalan dengan
efektif dan memberikan hasil yang maksimal. Manusia adalah insan yang berbudi
luhur inilah kenapa manusia di bedakan dengan mahluk lainya karena manusia
dapat menciptakan karya besar lewat teknologi termasuk dalam bidang pangan
(Suranto, 2014).
Aplikasi Teknologi Terhadap Ketahan Pangan Global
Aplikasi
bioteknologi merupakan langkah yang matang dalam mengembangkan ketahanan pangan, karena memberikan hasil yang efektif sehingga
banyak sekali tanaman yang sudah dikembangkan. Masalah ketahanan pangan tidak
hanya diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk, namu juga bisa diakibatkan
berbagai faktor penyakit yang menyerang tanaman pangan, untuk itu peran ilmu
pengetahuan dan teknologi sangan di butuhkan, misanya dengan pengembangan
bioteknologi akan mampu beraplikasi dalam menciptakan tanaman trangenik yang
tahan terhadap virus, sejauh ini penelitian tentang virus tumbuhan terus di
kembangkan sehingga sampai pada mengetahui protei yang yang mampu digunakan
dalam pengaplikasian untuk tanaman pangan yang tahan terhadap terhadap penyakit yang di timbulkan oleh
virus tertentu, seperti data genom virus sangat
bervariasi dari yang hanya 3000 bp (pasang basa/bp=base pairs) sampai kurang
dari 10000 bp. Dari sekian banyak jenis virus tanaman yang termasuk dalam Genus
tertentu, nampaknya Genus Potyvirus yang sudah secara konsisten menerapkan
aturan bahwa pengangkatan suatu virus menjadi virus baru atau strain baru
haruslah menggunakan data sekuensing DNA dari CP gen. Coat Protein (CP) gen
dari Potyvirus terletak pada 3-end pada struktur genom Potyvirus yang besarnya
kurang lebih 10000 bp. Gen CP ini mempunyai tiga bagian, yaitu N-terminal, Core
Region (CR), dan C-Terminal. Urutan data DNA dari gen ini telah secara
meyakinkan untuk mempelajari eksistensi virus baru yang akan dikelompokkkan ke
dalam strain tertentu (Suranto, 2009)
Negara-Negara Dengan
Tanaman Trangenik.
Hasil laporan yang dirilis oleh International
Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications (ISAAA),
tahun 2014. Luas lahan tanaman boteknologi mencapai 181,5 juta hektar di
seluruh dunia dan di tambah dengan banglades dan total Negara bioteknologi
sudah mencapai 28 negara selama 2013. Sejak 1996, lebih dari 10 jenis tanaman
biotek pangan dan serat, seperti jagung, kacang kedelai dan kapas, hingga
buah-buahan dan sayuran seperti pepaya, terong, dan yang terbaru, kentang, telah
disahkan dan diperdagangkan di seluruh dunia. Tanama-tanaman trangenik ini
memberikan prospek yang sangat bagus karena mampu toleransi terhadap
kekeringan, resistensi terhadap hama dan penyakit, toleransi herbisida, dan
nutrisi dan kualitas makanan yang meningkat.
Mengacu
pada laporan yang dirilis oleh International Service for the
Acquisition of Agri-Biotech Applications (ISAAA), Amerika memiliki lahan bitek
hingga 73,1 juta hektar. Menjadi Negara paling banyak menanam tanaman
bioteknologi. Selain itu ngara kecil seperti
dan termiskin seperti banglades telah mengesahkan tanaman biotek Bt
brinjal/terong pada Oktober 2013 dengan ini banglades membuka peluang ekonomi
bagi para petani miskin. Pengesahan lain DI AS, tanaman kentang Innate™ disahkan
pada November 2014. Kentang Innate mengurangi produksi akrilamida, karsinogen
potensial, ketika kentang dimasak pada suhu tinggi. Selain itu, kentang ini
juga meningkatkan kepuasan konsumen saat terjadinya kemungkinan kehilangan
panen hingga 40 persen. Di asia Dua negara Asia, Tiongkok dan India, menjadi
negara-negara berkembang yang terdepan di dalam pengembangan tanaman biotek,
dengan luas lahan masing-masing mencapai 3,9 juta hektar dan 11,6 juta hektar
pada 2014. Vietnam dan Indonesia telah mendapatkan pengesahan untuk
komersialisasi tanaman biotek mulai tahun 2015. Pengesahan ini termasuk
varietas hibrida tanaman jagung biotek untuk impor dan penanaman di Vietnam dan
tanaman tebu yang toleran terhadap kekeringan di Indonesia (Prawir, 2015)
Pustaka
Acuan
Prawir. 2015. Tanaman Biotek Menunjukkan Peningkatan Signifikan pada
2014. Antaranews.
Kementerian
Negara-Riset dan Teknologi
Republik Indonesia. 2006. Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Buku pitih.
KAU,SPI,WALHI. 2011. Krisis Harga Pangan, Spekulasi, Dan G-20.
Suranto. 2009. Perkembangan
IPTEK dan sumbangannya Terhadap penanganan krisis pangan global (sebuah pendekatan
bioteknologi molekuler). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suranto, 2009. Perkembangan Biologi Terkini Dari
Tinjauan Molekuler Global. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi
Suranto.
2014. Akulturasi sains, teknologi dan budaya unrtuk peningkatan kualitas
pendidikan berbasis kearifan local. Florae. Vol. 1(1)10
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments