Oleh:
M.
Eka Hidayatullah
Latar Belakang
Revolusi
hijau yang dikumandangkan pada tahun 1960 yang ditandai dengan perbaikan
bercocok tanam seperti penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk yang sesuai
dengan pemberatasan hama dan penyakit serta berbagai tindakan lain, namun
seiring dengan perkembangan jaman ilmu dan teknologi semakin berkembang, begitu
pula dengan hama dan penyakit semakim lama semakin bertambah dan ganas yang disertai
dengan pertambahan penduduk, sehingga konsumen menjadi lebih banyak, hal ini
membuat para ilmuan harus mengembangkan tanaman yang mampu bertahan terhadap
hama dan pernyakit seperti gen Phytocystatins yang dikembangkan yang memiliki fungsi utama yaitu
mengatur kegiatan proteolitik endogen dalam pematangan benih dan perkecambahan,
dan kematian sel terprogram. Selain itu,keterlibatan Phytocystatins dalam pertahanan tanaman
terhadap berbagai hama dan predator, seperti serangga Coleopteran (Wang et al., 2012). Pemuliaan tanaman seperti ini telah diketahui
sangat efektif dalam memproteksi tanaman dibandingkan dengan pupuk,
dan sangat mendukung kesehatan lingkungan.
Kloning
pada tanaman merupakan teknologi yang mampu mengembangkan produksi tanaman dan
memberikan resistensi terhadap hama dan penyakit. Kloning adalah langka yang
labih bagus dalam mengembangkan tanaman trangenik misalanya Angiospermae, reproduksi seksual merupakan jalur
utama untuk mengkombinasikan gen betina dan jantan pada keturunannya. Akan
Tetapi, strategi yang berbeda telah diadopsi untuk memperbaiki kombinasi gen
superior dalam populasi. Strategi untuk mencapai ini termasuk untuk genotipe
tanaman yang akan diabadikan oleh sel fing, yang dilakukan oleh individu
homozigot (yaitu, pembuatan keturunan murni), atau dengan vegetatif propagasi,
yang juga dapat dilakukan dengan heterozigot individu (yaitu, menciptakan
klon). Sebuah strategi yang berbeda adalah untuk mengimplementasikan apomixis,
yang terdiri dari reproduksi aseksual yang memungkinkan kloning tanaman dengan
biji. Strategi ini mempertahankan genotipe betina pada keturunannya (Pupilli & Barcaccia, 2012). Kloning memberikan kontribusi besar dalam pemuliaan
tanaman atau yang disebut transgenik.
Pendekatan
transgenik memiliki peningkatan potensi hasil dengan mengurangi efek samping
dari faktor stres yang terjadi di lingkungan akibat dari
berbagai macam faktor, Pengenalan dari beberapa gen yang tahan terhadap
berbagai macam stres pada pohon dihutan akan dapat membantu mengatasi stres pohon
dalam hutan akibat perubahan lingkungan. Biomassa adalah target utama untuk
rekayasa genetika atau trangenik di bidang kehutanan karena peningkatan hasil biomassa
akan menguntungkan sebagian besar aplikasi hilir seperti kayu, serat, pulp,
kertas, dan produksi bioenergi (Joseph et
al., 2013)
Kloning Tanaman Transgenik Resisten
Hama Penyakit.
Metode
genetika modifikasi (GM) dirancang untuk meningkatkan ketahan tanaman terhadap hama
dengan penggunakan vektor
plasmid bakteri alami Agrobacterium
tumefaciens. Tahun 1983 diasumsikan
bahwa Sistem semacam ini tidak dapat diterapkan pada spesies sereal dan
penekanan untuk tanaman ini difokuskan pada metode transfer gen secara langsung,
terutama "gen-gun" atau
teknologi Biolistics. Teknologi ini adalah metode yang
pertama kali berhasil diterapkan untuk jagung. Sejak
saat itu, perbaikan yang signifikan telah dilakukan
untuk teknik Agrobacterium, dan teknik ini sekarang dapat juga diterapkan pada sereal
(seperti gandum, barley dll) (Dunwell, 2014).
Metode
GM, mempunyai banyak keuggulan yaitu toleransi terhadap hibrisida dan
resistensi serangga. Resistensi terhadap serangga yang memiliki toleransi cekaman,
abiotik Makanan kaya nutrisi,
pharming molekul, Vaksin dan antibodi-antigen virus (Ahmad et al., 2012) hal
ini dikarenakan gen bakteri tanah Bacillus
thuringiensis (Bt) yang disisipkan. Berbagai protein dari bakteri ini diketahui
menjadi racun bagi berbagai serangga dan telah digunakan secara luas sebagai semprotan
dibidang pertanian dan kehutanan sejak tahun 1950-an. Gen yang mengkode protein
ini diisolasi dari berbagai strain bakteri dan disisipkan ke tanaman. Target pertama
adalah jagung, hama Lepidoptera pada jagung
termasuk spesies Coleopteran, cacing
dan akar jagung (Mrízová, et al., 2014)
Kloning tanaman
transgenik tahan suhu dingin
Suhu
beku atau rendah merupakan faktor utama yang membatasi lokasi geografis yang
cocok untuk tumbuh tanaman dan tanaman hortikultura sehingga menimbulkan
kerugian dalam produktivitas tanaman, dengan melalui genomik fungsional dan
genetika molekul fisiologis dan pendekatan biokimia dari berbagai gen dan
molekul yang telah terlibat dalam tanaman transgenik toleransi suhu dingin. gen
yang terlibat dalam stres suhu dingin ini dapat membantu memperbaiki tanaman sehingga
tahan terhadap suhu dingin. (Rasool et al., 2014)
Kloning gen AmGS toleransi dingin dilaporkan dari
dial tanaman A. Mongolicus Hidup dalam kondisi dingin, A. mongolicus mengembangkan kemampuan toleransi terhadap suhu
dingin yang kuat dan efektif, mampu bertahan dalam suhu -30 °C atau suhu yang
lebih rendah dimusim dingin. Gen tahan suhu dingin diinduksi dari protein (CIP)
yang diberinama AmCIP, AmGS dan urutan promotor. Ekspresi gen AmGS telah
berhasil dalam pohon Photinia serrulata.
Pengembangan teknik kloning ini dengan metode kloning penuh cDNA dan analisis
gen AmGS untuk mendapatkan gen yang memainkan peran protektif dalam kondisi
dingin dengan menganalisis diferensial transkrip dilakukan melalui
cDNA-polimorfisme dari panjang fragmen yang teramplifikasi. Analisis pola
ekspresi gen AmGS dengan real-time PCR (RT-PCR) setelah itu dilakukan sekuens
genomik dan sekuens urutan gen yang mengkode AmGS. Gen
mengkode AmGS disisipkan ke dalam vektor plasmid
pCAMBIA2300-AmGS kemudian di transformasikan ke dalam Photiniaserrulata (Song et al., 2013)
Kloning Tanaman
Transgenik Tahan Abiotik.
Transformasi genetik tembakau dengan gen Cold Shock
Protein melalui perantara Agrobacterium
tumefaciens. Cold Shock Protein (CSP) merupakan komponen penting dalam
organisme untuk ketahanan terhadap kondisi cekaman abiotik. Gen ini telah
disisipkan ke dalam promotor ubiquitin di daerah T-DNA dari pCambia 1300int,
dan diintroduksikan ke dalam Agrobacterium
tumefaciens LBA 4404. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan transformasi
genetik Nicotiana tabacum L. cv. Samsun dengan gen CspB di bawah
kendali promotor pUbiquitin dan terminator NOS yang diperantarai A. tumefaciens. Potongan daun dikokultivasikan
dengan A. tumefaciens LBA 4404. Hasilnya
ketahanan kalus terhadap higromisin sangat efisiensi dan transformasi sebesar
57,5% pada media seleksi yang mengandung 50 mg/l higromisin, didapatkan
efisiensi regenerasi tunas calon transgenik sebesar 82,6%. Analisis PCR
menggunakan calon transgenik sebesar 82,6% dengan primer yang menempel pada
promotor ubiquitin dan gen Csp. Kloning ini menghasilkan 18 tembakau putatif
transgenik yang mengandung gen CspB (Waluyo,
Sustiprijatno & Suharsono. 2013)
Kloning Tanaman
Transgenik Menigkatkan Kualitas.
Usaha untuk meningkatkan kulitas tanaman agar lebih
baik, di perlukan strategi-strategi jitu, salah satunya dengan penciptaan
tanaman trangenik merupakan langkah yang cukup strategis untuk meningkatkan
kulaitas produksi tanaman. Mode pengembangan molekuler pada padi menggunakan
metode RIL (rekombinant inbreed line) dengan melakukan seleksi dan konfirmasi
gen alel gen-gen Hd pada padi berumur genjah dan produktifitas tinggi
persilangan Code x Nipponbere.
Kombinasi delapan marka dengan menggunakan mikrosatelit yang terpaut dengan
lokus gen Hd. Metodenya dengan pengembangan populasi dari
padi yang menjadi sampel dan setelah itu dilakukan analisis molekuler dengan
melakukan isolasi DNA padi menggunakan PCR yang sudah di kembangkan populasinya
dan berumur 2-3 minggu secara miniprep dengan metode dellaporta yang
dimodifikasi. Hasil PCR kemudian di pisahkan menggunakan gel poliakrilamid 8 % (Dadang, Tasliah & Prasetiyono J. 2013).
Pengembangan lain dalam usaha pemuliaan tanaman padi
yaitu usah untuk menciptakan fariateas baru dengan optimasi sistem regenerasi
dan transformasi, penelitian ini terdiri dari dua kegiatan yaitu optimasi sistem regenerasidan transformasi pada
farietas. Kegiatan optimasi regenerasi menggunakan 2 jenis media induksi kalus
yaitu NBH (garam dan vitamin N6, asam cassamino 0,5g/l, L-prolin 0,5 g/l
sukrosa 20 g/l, D-glukosa 10 g/l, 2,4-D 2 gm/l, NAA l mg/l, agarose tipe l 5,5
g/l, pH 5,8) dan NBH-M (garam makro N6, garam mikro B5, dan vitamin, asam
cassamino 0,3 g/l, L-Prolin 3 g/l sukrosa 20 g/l, 2,4-D 3 gm/l, NAA l mg/l BAP
l mg/l, agarose, 20 mg/l 1, 5,5 pH 5,8) dan regenerasi menggunakan dua macam
media R1 (media dasar dan vitamin MS,
glutamin 0,3 mg/l, sukrosa 30 g/l, kinetin 2 mg/l, NAA 1 mg/g, fitagel 3
g/l)dan R2 (media dasar dan vitamin MS, asam cassamini 2 g/l, sukrosa 20 g/l,
sorbitol 30 mg/l, kinetin 2,5 mg/l, fitagel 3 g/l, pH 5,8) dan kegiatan
optimasi transformasi pada farietas padi menggunakan vektor plasmid pCAMBIA
1303 yang mengandung gen pelopor hpt (Apriana,
Hadiarto & Dadang, 2013)
Kesimpulan
Usaha
untuk meningkatkan kulitas tanaman kearah yang lebih baik, di perlukan
strategi-strategi jitu,
salah satunya dengan penciptaan tanaman trangenik merupakan langkah yang
cukup strategis untuk meningkatkan kulaitas produksi tanaman dengan pemanfaatan
teknologi kloning molekuler untuk pengembangan tanaman atau dalam melakukan pemuliaan
tanaman karena mampu menciptakan farietas baru sehingga bisa memenuhi kebutuhan
penduduk yang semakin lama semakin bertambah.
Pengembangan
tanaman trangenik tahan hama dan penyakit dengan metode genetika modifikasi
(GM) dirancang untuk meningkatkan ketahana tanaman terhadap hama
dan mempunyai banyak
keuggulan yaitu toleransi terhadap hibrisida
dan resistensi serangga, resistensi
terhadap serangga toleransi cekaman, abiotik, Makanan kaya nutrisi, pharming molekul,
Vaksin dan antibodi-antigen virus.
Daftar Rujukan
Apriana A., Hadiarto T & Dadang A., 2013. Optimasi Sistem
Regenerasi Dan Transformasi Pada Farietas Elit Indonesia. Jurnal agrobiogen. 9(1):1-10.
Ahmad P. dkk. 2012. Role Of Transgenic Plants In
Agriculture And Biopharming Sci Verse.Sciencedirect
Jurnal Biotechnology Advances.Vol. (30): 524–540.
Dunwell J. M. 2014. Transgenic Cereals:
Current Status And Future Prospects.Sains
Direct Journal of Cereal Science vol. (59) : 419-434.
Dadang A., Tasliah & Prasetiyono J. 2013.
Seleksi dan konfirmasi alel gen-gen Hd pada padi berumur genjah dan
produktifitas tinggi persilangan Code x Nipponbere. Jurnal agrobiogen,
9(1):11-18
Joseph G., Dubouzet, Timothy J.,
Strabala, Wagner A. 2013. Potential Transgenic Routes To Increase Tree Biomass.
Science Direct journal
Plant Sciencvol. (212):72– 101.
Mrízová K., dkk. 2014. Transgenic Barley: A Prospective Tool For
Biotechnology And Agriculture. ScienceDirect
Jurnal Biotechnology Advances. Vol. (32): 137–157.
Rasool S., dkk. 2014. Plant Resistance under Cold Stress:
Metabolomics, Proteomics, and Genomic Approaches. Jurnal
Emerging Technologies and Management
of Crop Stress Tolerance (sains direct)Vol (1): 79–98.
Song J dkk. 2013. Cloning of galactinol synthase gene
from Ammopiptanthus mongolicus and its expression in transgenic Photinia
serrulata plants. Science Direct jurnal
Gene. Vol. (513): 118–127.
Pupilli F & Barcacciab G., 2012. Cloning Plants By Seeds:
Inheritance Models And Candidate Genes To Increase Fundamental Knowledge For
Engineering Apomixis In Sexual Crops. Journal
of Biotechnology(sains direct)Vol (159): 291– 31
Waluyo S., Sustiprijatno &
Suharsono. 2013. Transformasi Genetik Tembakau dengan Gen Cold Shock Protein
melalui Perantara Agrobacterium tumefaciens. Jurnal AgroBiogen. 9(2):58-65.
Wanga Y.,dkk. 2012. Cloning Of A
Cystatin Gene From Sugar Beet M14 That Can Enhance Plant Salt Tolerance. ScienceDirect Jurnal Plant Science. Vol.
(191– 192): 93– 9.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments