Oleh:
M. Eka Hidayatullah
Latar belakang
Usia panjang menjadi harapan setiap
orang. Meraih usia panjang bukan hal yang gratis, semua perlu upaya. Mereka
yang hidup di kota-kota besar dan setiap hari dikepung polusi sumber radikal bebas, sangat
dianjurkan untuk banyak mengonsumsi pangan fungsional sumber antioksidan agar
sel-sel tubuh tidak mudah karatan. Pangan fungsional menurut definisinya adalah
pangan yang bermanfaat bagi kesehatan di luar zat gizi yang umumnya ada dalam
setiap makanan (Styshout, 2010) dalam (Indralaya, 2010). Antioksidan
memiliki peranan penting bagi kesehatan. Khususnya mempertahankan tubuh dari
kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas, sedangkan pada level industri, antioksidan diperlukan
tidak hanya sebatas bahan aditif pada minyak tetapi juga banyak digunakan untuk industri obat-obatan (Wulaningsih, 2008).
Satu
dari sekian banyak hasil riset mengenai kesehatan sekarang ini adalah dibidang
nutrien antioksidan. Secara sederhana antioksidan dinyatakan sebagai senyawa
yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidan. Antioksidan memiliki
kemampuan dalam memberikan elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai
radikal bebas yang mematikan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa senyawa katekin
yang tekandung dalam teh
hijau bermanfaat
dalam meningkatkan
sistem imun (Heroniaty, 2012).
Senyawa dalam teh ini di berinama katekin. katekin adalah senyawa
metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk
golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki antioksidan berkat gugus fenol yang
dimilikinya.
Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A
dan B) dan satu gugus hidropiran (cincin C) dikarenakan memiliki lebih dari
satu gugus fenol,
maka senyawa katekin sering disebut senyawa polifenol. Katekin pada daun teh memiliki senyawa
sangat kompleks, yang tersusun
sebagai senyawa katekin (C), Epikatekin (EC), Epikatekin galat (EPC), Epigalokatekin
(EGC), Epigalokatekin galat (EGCG) dan galokatekin (GC) (Tawoha & Balitteri,
2013).
Tumbuhan/Tanaman
Penghasil Senyawa Katekin
Pangan
fungsional merupakan pangan alami (sebagai contoh, buah-buahan dan sayur-sayuran) atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga
dapat memberikan dampak positif
pada fungsi metabolisme manusia. Katekin
merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan tertentu.
Katekin dalam Teh (Camelia sinensis)
Senyawa
katekin berperan dalam menentukan rasa
dan warna teh (Tawoha & Balitteri, 2013) Misalnya jenis teh olong, teh hijau dan teh hitam masing-masing memiliki
kandungan katekin sebelum dilakukan pengolahan hingga mencapai 13,76 %,
sedangkan setelah pengolahan teh olong memiliki sisa kandungan katekin sekitar
9, 49 % terdegradasi 31, 03 %, teh hijau 10,04 terdegradasi 27,03 % dan teh
hitam sekitar 5, 91 dan yang terdegradasi sekitar 57, 70 % (Karori et al., 2007).
Komponene senyawa katekin daun teh
Daun teh dari berat keringnya memiliki kandungan (+)-katekin sebanyak 0,5-1
%, (-)-epikatekin sebanyak 1-3 %, (-)-epikatekin galat sebanyak 2-4 %, (+)-galokatekin
sebanyak 1-2 %, (-)-epigalokatekin sebanyak 4-7 % dan (-)-epigalokatekin galat
sebanyak 5-14 % (Zhen et al., 2002)
Katekin dalam dauan gambir
Ekstrak
gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu senyawa polifenol yang
berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri (Miller, 1996; Arakawa et al.,
2004; Velury et al., 2004) dalam (Dewi, 2011) selain itu juga dilakukan penelitian dengan menguji
akativitas. Penelitian
yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan
diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil ekstrak
etanol daun gambir (Kresnawaty & Zainudin, 2009)
dalam (Noveri Rahmawati 2012).
Selain uji aktivitas dari ekstrak gambirnya, juga dilakukan beberapa uji aktivitas dari
katekin sendiri untuk melihat
mana yang lebih tinggi antra aktivitas ekstrak kasar dan yang murni
(Dogra, 1987) dalam
(Noveri Rahmawati 2012). Kandungan katekin dalam gambir yang tidak kalah banyak
dari pada teh misanya GC (Gambir
Cubadak) mengandung katekin
sebanyak 104,5 ug/ml sedangkan epikatekin 0,80 ug/ml, GU (Gambir
Udang) mangandung katekin
sebanyak 101,2 ug/ml sedangkan epikatekin
0,62 ug/ml, GRm (Gambir riau mancik) kandungan katekinya sebanyak 99.4 ug/ml sedangkan
epikatekin 0,49 ug/ml dan GRg (Gambir riau
gadang) mangandung katekin
sebanyak 108 sedangakan 0,74 mg/ml (Tawoha
& Balitteri, 2013).
Katekin
Dan Struktur Kimia Katekin
Katekin adalah senyawa dominan dari pilifenol
yang merupakan senyawa yang larut dalam
air, tidak berwarna dan tidak memberikan rasa pahit. Katekin merupakan kerabat
tanin terkondensasi, yang juga sering disebut
polifenol karena banyakanya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Katekin
bersifat asam lemak (pKa1=7,72 dan pKa2=10,22). Sukar larut dalam air dan
sangant tidak stabil di udara terbuka dan sangat mudah teroksidasi pada pH yang mendekati netral (pH 6,9). Katekin juga mudah teruai cahaya dengan
laju rekasi lebih besar pada pH rendah (3,45) dibanding dengan pH 4,6. Sifat
fitokimianya menjadi tantangan tersendiri dalam formula katekin sebagai bahan
alam. Katekin biasa disebut sebagai asam katekoat (catechoat) dengan rumus kimia C15H14O6 tidak berwarna dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut dalam
air dingin tetapi
larut dengan air panas, larut dengan alkohol dan etil asetat, hampir tidak
larut dalam klorofom benzen dan eter selain itu katekin berbentuk kristal
halus
seperti jarum. Katekin dalam larutan asam asetat akan membentuk larutan bening
tetapi jika di reksikan dengan besi klorida akan membentuk cairan wrna hijau.
Katekin merupakan senyawa fenolik yang kompleks (polifenol) (Heroniaty, 2012).
Katekin
memiliki dua atom karbon yang simestris yang membuatnya memiliki empat isomer
yaitu (+) katekin, (-) katekin, (+) epikatekin dan (-) epikatekin. (+) katekin
dan (-) epikatekin paling banyak di temukan di alam. Katekin dan epikatekin
memiliki 3 jenis trunan. Katekin galat, galokatekin, galokatekin galat
epikatekin galat dan epigalokatekin galat. (Heroniaty, 2012)
Struktur beberapa senya katekin pada teh
Jalur
biositetis senyawa katekin
Jalur biosintesis
dari katekin bisa dilihat dari jalur sintesisnya pada dau teh
hijau, senyawa katekin tersistesis melalui jalaur asam melanik dan asam sikimik
sedangkan asam galik diturunkan dari satu produk yang
diproduksi dalam jalur metabolik asam sikimik (Syah, 2006)
Jalur biositetis senyawa katekin
Manfaat senyawa
katekin untuk kesehatan
Polifenol adalah
komponen aktif yang ada di dalam
minuman teh yang berkhasiat sebagai antioksidan yang isinya didominasi oleh
senyawa katekin yang mempunyai manfaat segudang yaitu: sebagai anti virus, anti
radang dan anti bakteria. Pada 1 cangkir teh hijau Jepang mengandung polifenol
37-56%, katekin 30-42% dan epigalokatekin galat 10-13% 10 atau 67,5 mg katekin
dalam 100 ml. Komponen ini dalam tubuh dapat berperan
untuk memperbaiki kerusakan yang kognitif, menghambat proses penimbunan lemak
dan banyak lagi manfaat yang lain. Katekin juga memiliki aktivitas senyawa
biologi yang penting seperti seperi aktifitas anti tumor dan anti oksidan.
Flafon-3-ol epikatekin dan katekin (Putri,
2010).
Selain itu secara medis senyawa katekin dalam teh memiliki banyak manfaat
seperti mampu mengurangi resiko kanker, tumor, menurunkan kolesterol, mencegah
hipertensi, membunuh bakteri dan jamur, serta membunuh virusvirus influenza
(Alamsyah, 2006) dalam (Rizky Otarini 2009). Polifenol juga memperkuat
mekanisme pertahanan suatu organisme, memiliki sifat anti-mikroba, anti-kanker,
dan antioksidan (Czerwinska, 2006)
dalam (Otarini,
2009).
Katekin dan
turunananya sangant bermanfaat bagi kesehatan manusia, berperan sebagai
antioksidan, senyawa polifenol berperan sebagai penangkap radikal bebas
hidroksil (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein, DNA dan sel. Kemampuan
polifenol menagkap radikal bebas 100 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin C dan 25 kali
lebih Efektif dibandingkan dengan vitamin E (Sibuea, 2013) dalam (Damayanti, Kusharto, Suprihaini &
Rohdiana, 2008)
Banyak penelitian
yang telah membuktikan bahwa ekstrak etanolik daun teh hijau dapat berfungsi
sebagai anti bakteri yang dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif
pengobatan jerawat. Penelitian Mahmood, dkk membuktikan bahwa ekstrak etanolik
daun teh hijau 3% dalam sediaan emulsi dapat menurunkan produksi sebum atau
lemak jerawat dalam waktu 8 minggu sedangkan menurut penelitian Widyaningrum, (2007) membuktikan bahwa
ekstrak etanolik daun teh hijau dalam formula sediaan krim 3% dapat menghambat
aktivitas bakteri staphylococcus aureus yang merupakan salah satu
bakteri penyebab jerawat (Widyaningrum,
2013). Selain itu kadungan epigalokatekin dan
epigalokatekin dapat menghambat enzim yang mengatur tekanan darah dan dapat
mengatur pengurangan penyerapan vitamin B1 yang mengakibatkan berkurangnya
metabolism gula sehingga berat badan bias turun. (Wulaningsih,
2008)
Kesimpulan
Katekin merupakan
senyawa kimia organik dalam tumbuhan yang memiliki
dua atom karbon simestris yang membuatnya memiliki empat osomer yaitu (+)
katekin, (-) katekin, (+) epikatekin dan (-) epikatekin. (+) katekin dan (-)
epikatekin paling banyak ditemukan di alam. Katekin dan epikatekin memiliki 3
jenis trunan. Katekin galat, galokatekin, galokatekin galat epikatekin galat
dan epigalokatekin galat konsetrasi yang tinggi pada daun teh
hijau dan daun gambir dan mepunyai struktur
yang kompleks, mudah larut dalam air panas dan tidak
mudah larut dalam air dingin. Katekin merupakan kimia bahan alam utama
pada tatartan senyawa kimia tumbuhan karena memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan manusia. berkhasiat sebagai
antioksidan, anti tumor, mampu mengurangi resiko kanker, tumor, menurunkan
kolesterol, mencegah hipertensi, membunuh bakteri dan jamur, serta membunuh
virusvirus influenza dan dapat menghambat enzim yang mengatur tekanan darah dan
dapat mengatur pengurangan penyerapan vitamin B1 yang mengakibatkan
berkurangnya metabolism gula sehingga berat badan bias turun
Daftar Referensi
Ariani A, Pentadini F, Dewi E & Martono Y. 2012.
Isolasi Katekin Daun Gambir (Uncaria
Gambier Roxb.) Sebagai Functional Food Pada Mie. Proseding seminar nasional sains dan pendidikan sains VII UKSW
Agustin R, Oktadefitri Y, Lucida H. 2013. Formulasi
Krim Tabir Surya Dari Kombinasi Etil P –Metoksisinamat Dengan Katekin. Prosiding
Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III.
Dewi S. K. 2011. Biotransformasi Katekin Menggunakan
Isolat Mikroba Endofit Dari Daun Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.)
Dan Mikroba Tanah. Fakutas Farmasi
Uiversitas Adalas Padang.
Endang supratiwi. Antimicrobial Effect of Japanese
Green Tea Polyphenol on Mutan Streptococci. Dep.I.Konservasi
Gigi FKG-UI
Heroniaty. 2012. Sintesis Senyawa Diamer Katekin
Dari Ekstrak Teh Hijau Dengan Menggunakan Katalis Enzim Peroksidase Dari Kulit
Bawang Bombay (Allium Cepa L.). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Program Pasca Sarjana. Prodi Ilmu Kimia Depok.
I M. Sukadana. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid Dari
Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola Linn.L). Jurnal Kimia. 3
(2): 109-116
Oktarini R. 2009. UJI Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Teh Hijau ( Camellia sinensis (L.) Kuntze) Terhadap Staphylococcus
aureus ATCC 6538 Dan Escherichia coli ATCC 11229 Secara Invitro. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Putri M. A. H. 2010. Uji Aktifitas Anti Bakteri
(+)- Katekin Dan Gambir (Uncaria Gambier
Roxb.) Taerhadap Beberapa Jenis Gram Negative Dan Mekanismenya. Skripsi.
Syah A. N A. 2006. Taklukkan Penyakit dengan Teh
Hijau. PT. Agromedia Pustaka. Hal. 48
Tawoha J. Balitteri. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia Sinensis). Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri Vol. 19. (3).
Widyaningrum N. 2013. Epigallokatekin-3-Gallate (EGCG) Pada Daun Teh Hijau Sebagai
Anti Jerawat. Majalah farmasi dan farmakologi, vol. 17 (3): 95 – 98
Wulaningsi F. S. 2008. Uji (Aktifitas Antioksidan Senyawa Campuran Derifat Kurkumin
Dan Katekin Hasil Isolasi Dari Daun Teh Camellia
Sinensis). Skripsi.
Karori, S.M, Wachira, F. N, Wanyoko, J.k and Ngure, R. M.
2007. Antioxidant Capacitiy of Different Type of Tea Products. African journal of Biotechnology, Vol 6: 2287-2296
Zhen
– Guo S., Xiang – Dong L1, Chun – chun Wang, Huai – man Chen, and ung Chua,
(2002). Heavy metals in the Environment
– “Lead photo extraction from contaminated soil with high – Biomass plant
species” JEQ Vol. 31 Pp. 1893 – 1900.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments